KONSEP AUDIT
Konsep
audit menggambarkan mengenai pedoman yang menyeluruh dalam
melaksanakan proses audit. Sedangkan proses audit merupakan Proses yang
sistematis, berkaitan dengan verifikasi
dan atestasi yang
bertujuan untuk membuktikan validitas
dan kesesuaian antara informasi
yang di audit dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta menguji
temuan-temuan tersebut dengan menerbitkan laporan yang sesuai dengan jenis dan tujuan audit. Lebih lanjut proses audit mengandung beberapa konsep
sebagai berikut:
·
Proses yang Sistematis, adalah
proses terstruktur sebagai suatu aktivitas yang dinamis yang dilakukan secara
logis
·
Memperoleh dan menilai bukti, bukti
bagi auditor merupakan informasi yang digunakan untuk menentukan aktivitas
bisnis yang diaudit sesuai dengan kondisi yang sebenarnya
·
Menentukan tingkat kesesuaian
informasi dengan ketentuan yang berlaku, membandingkan
antara kondisi sebenarnya dengan seharusnya atau menentukan tingkat kesesuaian
kondisi dimaksud
·
Melaporkan hasil audit, melaporkan
hasil audit kepada pihak-pihak yang terkait
Langkah-langkah
audit PDE
- Merencanakan
pemeriksaan
Perencanaan audit memungkinkan bagi auditor :
·
Memperoleh bukti yang kompeten & cukup
·
Dapat melaksanakan audit secara effisien dengan
biaya yang memadai
·
Menghindari kesalahpahaman yang bisa timbul dengan
pihak yang diperiksa
Dalam
audit PDE selain manfaat perencanaan audit, aditor juga dapat memanfaatkan
sumber daya komputer dalam audit yang hendak dilaksanakannya. Dengan kata lain,
apabila ia bermaksud melaksanakan audit dengan komputer maka ia dapat
menggunakan komputer milik auditan maupun menggunakan komputer miliknya
sendiri.
2.
Memahami lingkungan komputer (computer environment)
Audit sekitar komputer dianggap riskan karena
perubahan teknologi PDE yang semakin kompleks dan teritegrasi. Tahapan kedua
ini harus dimengerti oleh salah satu atau seluruh auditor dalam suatu tim audit
PDE. Pengetahuan & kompetensi auditor tentang komputer atau konsep PDE
diperlukan sebagai alat bagi auditor untuk memilih dan menerapkan prosedur
audit secara memadai. Selain itu, dalam memahami lingkungan komputer auditor
dituntut pula memahami struktur pengendalian obyek yang diperiksa.
- Mengevaluasi
pengendalian interen
Mengevaluasi pengendalian intern sering
pula dikatakan mengakses risiko pengendalian yaitu : menilai effektivitas
kebijakan dan prosedur struktur pengendalian intern dalam mencegah atau
mendeteksi salah saji (misstatement). Tujuan dari memahami struktur
pengendalian interen adalah:
·
Mengidentifikasi jenis-jenis kesalahan yang mungkin timbul
·
Mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi
risiko penyajian laporan keuangan yang secara material salah
·
Merancang pengujian-pengujian substantif
·
Dapat mengurangi prosedur audit lainnya
·
Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi risiko
karena kesalahan pengungkapan dalam informasi yang diaudit.
4.
Melakukan pengujian ketaatan dan pengujian
substantif
Tujuan pengujian ketaatan adalah untuk menentukan
apakah sistem pengendalian intern berjalan sebagaimana yang dikehendaki. Tujuan
pengujian substantif adalah untuk memvalidasi bahwa suatu transaksi ter-tentu
yang telah diotorisasikan secara memadai, disertai bukti pendukung dan dicatat.
- Menyelesaikan
pemeriksaan
Tahap akhir adalah penyampaian laoporan audit
(audit report) sesuai dengan penugasan dan tujuan audit yang dilakukan.
Penyelesaian audit berupa opini
atas penyampaian laporan auditor sesuai
penugasannya yaitu :
·
Pendapat wajar tanpa
pengecualian (unqualified
opinion)
·
Pendapat wajar tanpa
pengecualian dengan pen-jelasan tambahan (unqualified opinion with
notice)
·
Pendapat wajar dengan
pengecualian (qualified
opinion)
·
Pendapat tidak wajar (adverse
opinion)
·
Pernyataan tidak
memberikan pendapat (disclaimer)
Standar auditing tidaklah
berubah dalam audit PDE, dengan demikian rekomendari ataupun jenis-jenis opini
auditor dalam audit financial (seperti diatas) tetaplah sama.
Audit dalam
konteks teknologi informasi adalah memeriksa apakah sistem komputer berjalan
semestinya. Tujuh langkah proses audit:
1. Implementasikan sebuah strategi
audit berbasis manajemen risiko serta control practice yang dapat
disepakati semua pihak.
2. Tetapkan langkah-langkah audit yang
rinci.
3. Gunakan fakta/bahan bukti yang
cukup, handal, relevan, serta bermanfaat.
4. Buatlah laporan beserta
kesimpulannya berdasarkan fakta yang dikumpulkan.
5. Telaah apakah tujuan audit tercapai.
6. Sampaikan laporan kepada pihak yang
berkepentingan.
7. Pastikan bahwa organisasi
mengimplementasikan managemen risiko serta control practice.
Sebelum menjalankan proses audit,
tentu saja proses audit harus direncanakan terlebih dahulu. Audit planning (perencanaan
audit) harus secara jelas menerangkan tujuan audit, kewenangan auditor, adanya
persetujuan managemen tinggi, dan metode audit. Metodologi audit:
1.
Audit
subject. Menentukan apa yang akan diaudit.
2.
Audit
objective. Menentukan tujuan dari audit.
3.
Audit
Scope. Menentukan sistem, fungsi, dan
bagian dari organisasi yang secara spesifik/khusus akan diaudit.
4.
Preaudit
Planning. Mengidentifikasi sumber daya dan
SDM yang dibutuhkan, menentukan dokumen-dokumen apa yang diperlukan untuk
menunjang audit, menentukan lokasi audit.
5.
Audit
procedures and steps for data gathering. Menentukan cara melakukan audit untuk memeriksa dan menguji
kendali, menentukan siapa yang akan diwawancara.
6.
Evaluasi
hasil pengujian dan pemeriksaan. Spesifik pada tiap organisasi.
7.
Prosedur
komunikasi dengan pihak manajemen. Spesifik pada tiap organisasi.
8.
Audit
Report Preparation.
Menentukan bagaimana cara memeriksa hasil audit, yaitu evaluasi kesahihan dari
dokumen-dokumen, prosedur, dan kebijakan dari organisasi yang diaudit.
Struktur dan isi laporan audit tidak baku, tapi umumnya
terdiri atas:
·
Pendahuluan.
Tujuan, ruang lingkup, lamanya audit, prosedur audit.
·
Kesimpulan
umum dari auditor.
·
Hasil
audit. Apa yang ditemukan dalam audit, apakah prosedur dan kontrol layak atau
tidak
·
Rekomendasi.
Tanggapan dari manajemen (bila perlu).
·
Exit
interview. Interview terakhir
antara auditor dengan pihak manajemen untuk membicarakan temuan-temuan dan
rekomendasi tindak lanjut. Sekaligus meyakinkan tim manajemen bahwa hasil audit
sahih
TEKNIK AUDIT
Teknik audit adalah metode yang
digunakan oleh auditor untukmengumpulkan bukti audit. Menurut Arens dalam
bukunya Auditing andAssurance Services,
9th Edition, teknik audit ada tujuh, yaitu pengujian fisik(physical
examination), konfirmasi ( confirmation ), dokumentasi( documentation),prosedur
analitis analytical procedures ), wawancara kepada klien (inquiries of
theclient ) , hitung uji ( reperfomance ) ,dan observasi ( observation).
1. Pengujian
Fisik
Pengujian fisik adalah pengujian substantif
yang melibatkan perhitungan atasaktiva yang berwujud, seperti kas, persediaan,
bangunan, dan peralatan. Teknik initidak dapat diterapkan pada aktiva yang
keberadaannya dibuktikan terutama melaluidokumentasi, seperti piutang usaha,
investasi, atau beban dibayar di muka. Selainitu, teknik ini juga tidak dapat
diterapkan pada kewajiban, pendapatan, atau beban.
Sasaran utama dari pengujian fisik adalah
membuktikan keberadaan(existence) hal-hal yang tersaji dalam laporan keuangan
klien. Contoh pengujian fisik adalah auditor mendatangi klien dan melakukan
Cash Opname. Cash Opname adalah perhitungan fisik kas (uang) yang dimiliki oleh
klien, kemudian auditor menggolongkan kas yang dimiliki klien berdasarkan
nilai nominalnya, dan terakhir auditor menghitung besarnya kas yang
dimiliki klien.
Selain itu, pengujian fisik juga dapat
digunakan auditor untuk mengujipenilaian (valuation) karena kuantitas terlibat
secara langsung dalam penentuan nilaisebagian besar aktiva. Contoh dari hal ini
adalah dengan melakukuan perhitunganfisik persediaan yang dimiliki oleh klien,
auditor juga dapat menentukan nilai daripersediaan yang dimiliki klien. Melalui
pengujian fisik, auditor juga kadang-kadangdapat memperoleh bukti mengenai mutu
atau kondisi, dan dalam hal ini tentu jugaakan mempengaruhi penilaian.
Pengujian fisik juga dapat digunakan
auditor untuk menguji asersi mengenaikelengkapan (completeness). Dengan
pengujian fisik auditor bisa menemukan item-item yang seharusnya tersaji tetapi
dihilangkan klien dari laporan keuangan. Melaluipengujian fisik, asersi
mengenai hak dan kewajiban (rights and obligations) jugadapat diuji oleh
auditor, tetapi hanya untuk mendukung kepemilikan aktiva.
Bukti audit yang diperoleh dari pengujian fisik
untuk menguji asersikeberadaan sangat tinggi. Akan tetapi, bukti audit yang
diperoleh auditor daripengujian fisik juga dapat menyesatkan jika auditor tidak
memiliki keahlian ataukurang hati-hati dalam melakukan pengujian fisik. Dengan
demikian, pengujian fisikharus dilakukan dengan hati-hati. Jika auditor merasa
kurang memiliki keahlian dan pengalaman dalam menilai suatu aktiva,
sebaiknya auditor meminta bantuan daripihak independen yang ahli dalam menilai
aktiva tersebut. Contohnya, jika auditor merasa tidak memiliki kemampuan
dan keahlian untuk menilai persediaan emasklien, auditor dapat meminta bantuan
seseorang yang ahli dalam penilaian emas(misalnya penilai emas dari pegadaian)
untuk membantu auditor menentukan nilaipersediaan emas tersebut.
2.
Konfirmasi
Konfirmasi adalah metode yang digunakan
auditor untuk memperoleh buktiaudit dengan cara meminta tanggapan baik secara
tertulis maupun lisan dari pihakketiga yang independen mengenai item-item
tertentu yang mempengaruhi laporankeuangan klien. Pada konfirmasi tertulis,
konfirmasi adalah surat yang ditandatangaiklien, ditujukan kepada pihak ketiga
terkait (biasanya pelanggan atau kreditur ) untukmeminta penegasan
(konfirmasi) mengenai saldo utang/piutang klien pada pihakketiga tersebut per
tanggal tertentu (biasanya tanggal neraca). Bukti audit yangdiperoleh dari
konfirmasi memiliki keandalan yang sangat tinggi karena bukti auditdari teknik
audit ini diperoleh dari pihak ketiga yang independen terhadap klien.
Olehkarena bukti audit yang diperoleh dari konfirmasi sangat tinggi, teknik
audit iniadalah teknik audit yang paling banyak digunakan, terutama untuk
menguji asersimanajemen terhadap utang dan piutang usaha.
Konfirmasi dapat dibagi menjadi dua, yaitu
konfirmasi positif dan konfirmasinegatif. Pada konfirmasi positif auditor
mengirimkan surat yang isinya memintatanggapan kepada pihak ketiga terkait,
pihak yang dimintakan konfirmasi tersebutdiharuskan menjawab (membalas) apakah
setuju atau tidak dengan jumlah yangtercantum dalam surat yang dikirimkan auditor.
Konfirmasi positif biasanyadigunakan dalam keadaan:
·
saldo utang/piutang klien per
pelanggan/kreditur relatif besar
·
jumlah pelanggan/kreditur sedikit
·
pengendalian intern klien (agak)lemah
·
waktu audit cukup panjang.
Sedangkan
pada konfirmasi negatif, surat yang dikirimkan auditor hanyadibalas pihak yang
dimintakan konfirmasi apabila jumlah yang tercantum dalamsurat yang dikirimkan
auditor tersebut tidak disetujui oleh pihak ketiga tersebut. Apabila pihak
ketiga setuju dengan jumlah yang tercantum dalam surat yangdikirimkan auditor,
maka pihak ketiga tersebut tidak perlu membalas surat yangdikirimkan tersebut.
Biasanya dalam konfirmasi negatif, surat yang dikirimkan auditor diberi
batas waktu. Jika pihak terkait yang dikirimi surat tidak memberikan jawabanatas
konfirmasi tersebut sampai pada waktu yang ditetapkan maka pihak yangdimintakan
konfirmasi tersebut dianggap setuju. Konfirmasi negatif umumnyadigunakan
auditor apabila :
·
saldo utang/piutang klien per
pelanggan/kreditur relatif kecil
·
jumlah pelanggan/kreditur banyak
·
pengendalian intern klien (cukup)kuat
·
waktu audit cukup singkat.
Asersi utama
yang diuji melalui konfirmasi adalah keberadaan ( existence) serta hak dan
kewajiban (rights and obligations). Teknik ini juga dapat digunakanuntuk
memberikan bukti mengenai penilaian (
valuation) atau alokasi (completeness), kelengkapan ( completness ),
serta penyajian dan pengungkapan ( presentation and disclosure).
3.
Dokumentasi
Dokumentasi adalah metode pengumpulan bukti
audit yang dilakukan olehauditor dengan cara menguji berbagai dokumen dan
catatan klien untuk mendukunginformasi yang tersaji atau seharusnya tersaji
dalam laporan keuangan. Dokumendan catatan klien yang diuji oleh auditor adalah
dokumen dan catatan yangmenyediakan informasi tentang pelaksanaan bisnis klien.
Jumlah bukti audit yangdapat dikumpulkan melalui dokumentasi cukup besar karena
pada umumnya setiaptransaksi dalam organisasi klien minimal didukung dengan
selembar dokumen.
Secara sederhana, dokumen dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitudokumen internal dan dokumen eksternal. Dokumen
internal adalah dokumen yangdisiapkan dan digunakan dalam organisasi klien
sendiri serta tidak pernahdisampaikan kepada pihak-pihak di luar organisasi
klien. Contoh dokumen internaladalah salinan faktur penjualan, laporan waktu
kerja karyawan, dan laporanpenerimaan persediaan. Sedangkan dokumen eksternal
adalah dokumen yangpernah berada dalam genggaman seseorang di luar organisasi
yang mewakili pihakyang menjadi lawan transaksi klien, tetapi dokumen tersebut
sekarang berada ditangan klien atau dengan segera dapat diakses oleh klien.
Contoh dokumeneksternal adalah faktur-faktur dari pemasok, surat utang yang
dibatalkan, dan polis-polis asuransi. Dari kedua kelompok dokumen di atas,
dokumen eksternal memilikikeandalan yang lebih tinggi karena dokumen eksternal
pernah berada baik di tanganklien maupun pihak lain (pihak eksternal) sebagai
lawan transaksi klien.
Dalam dokumentasi, terdapat beberapa
istilah. Berikut ini adalah beberapaistilah tersebut dan penjelasan singkatnya
:
a.
Vouching
Vouching adalah kegiatan yang
dilakukan untuk memeriksa kebenaran ataukeabsahan suatu bukti yang mendukung
transaksi. Kegiatan ini meliputi memilihcatatan yang ada pada catatan akuntansi
serta memperoleh dan menyelidikidokumen yang mendasari catatan tersebut untuk
menentukan keabsahan danketelitian transaksi yang dicatat. Dengan
vouching , arah pengujian berlawanandengan tracing. Penelusuran dimulai
dari catatan ke dolumen.
Vouching digunakan untuk mendeteksi
apakah catatan akuntansi klienketinggian (overstatement). Selain itu,
vouching juga digunakan untuk menguji asersimanajemen mengenai keberadaan
(existence), penilaian (valuation), hak dankewajiban (rights and obilgation),
penyajian dan pengungkapan (presentation and disclosure). Namun,
vouching juga memiliki kelemahan. Pengujian asersi mengenaikelengkapan
( completeness) melalui vouching
lebih sulit dilakukan karena pengujiankelengkapan mengharuskan auditor untuk
mencari bukti item yang tidak tercatat.
Verifikasi adalah sebuah istilah yang
digunakan dalam arti umum untuk memeriksa ketelitian perkalian, penjumlahan
pembukuan, kepemilikan, dankeberadaannya. Adapun tujuan dari vouching dan
verifikasi untuk memastikanbahwa:
·
Bukti tersebut telah disetujui oleh
pejabat yang berwenang dan terkait
·
Bukti tersebut dari sesuai dengan
tujuannya
·
Jumlah yang tertera di dalam bukti adalah
benar dan sesuai dengantransaksi
·
Pencatatan dilakukan secara benar
·
Kepemilikan dan keberadaannya sah
b.
Tracing
Tracing adalah suatu kegiatan yang merupakan
kebalikan dari vouching. Arah kegiatan tracing adalah mengikuti dokumen
sumber hingga ke pencatatannyadalam catatan akuntansi. Adapun pelaksanaan dari
tracing adalah dengan pertama-tama auditor melakukan penyeleksian dokumen
sumber, seperti faktur penjualanatau laporan pengiriman, kemudian auditor
melakukan penelusuran dokumensumber tersebut melalui sistem akuntansi ke
pencatatan akhir dalam catatanakuntansi, seperti jurnal dan buku besar.
Karena arah pengujian tracing berlawanan
dengan vouching, tracing dapat digunakan untuk menguji asersi manajemen
mengenai kelengkapan (completeness).Tracing juga dapat digunakan auditor
untuk menguji asersi manajemen mengenaipenilaian (valuation) serta penyajian
dan pengungkapan ( presentation and disclosure).
c.
Inspeksi
Dibandingkan dengan vouching dan
tracing , inspeksi melakukanpemeriksaan atas dokumen dengan cara yang
berbeda dari kedua teknik di atas.Inspeksi mencakup pembacaan yang kritis atas
dokumen untuk membandingkaninformasi yang tersaji di dalamnya dengan informasi
lain yang diketahui auditor ataudicatat dalam akun. Inspeksi dapat
diaplikasikan auditor untuk berbagai dokumenyang berbeda, seperti sewa,
kontrak, notulen rapat, instrumen utang formal, danpolis asuransi. Karena
inspeksi dapat diaplikasikan auditor untuk berbagai dokumen,maka inspeksi dapat
digunakan untuk menguji semua asersi manajemen.
Inspeksi juga dapat memberikan informasi
bagi auditor sebagai dasar dalammelakukan pengujian audit khusus, seperti
inspeksi atas instrumen utang untukmenentukan suku bunga guna menguji beban
bunga. Inspeksi juga bisa menambahinformasi yang dicatat dalam catatan
akuntansi, seperti menentukan persetujuanatas akuisisi pabrik dan peralatan
dengan menginspeksi notulen rapat dewandireksi.
Berbeda dengan inspeksi yang melakukan
pembacaan yang kritis terhadapsuatu dokumen, scanning melakukan
penelaahan yang tidak terlalu rinci atasdokumen atau catatan. Adapun tujuan
dari scanning adalah untuk menentukanapakah terdapat hal yang tidak umum
yang memerlukan investigasi lanjutan. Contohdari kegiatan scanning adalah
auditor bisa men-scan buku besar piutang usahauntuk menentukan keberadaan
( existence) dari setiap pelanggan yang
memilikisaldo kredit besar yang harus direklasifikasikan sebagai kewajiban.
d.
Rekonsiliasi
Rekonsiliasi adalah proses penandingan
antara dua set pencatatan yangkemungkinan memiliki jumlah yang berbeda,
kemudian berusaha mencari jumlahyang seharusnya (jumlah yang benar ).
Biasanya dalam melakukan suatu audit, satuset pencatatan adalah milik klien dan
yang lainnya adalah milik pihak ketiga.
Rekonsiliasi dapat digunakan untuk
menguji asersi manajemen terutamamengenai kelengkapan ( completeness ) dan
keberadaan (existence). Denganmerekonsiliasi dua catatan, auditor dapat
menemukan item-item yang tidak dicatatdalam catatan klien, seperti pembayaran
jasa bank (bank service charge).
e.
Read
Read adalah penelaahan atas
informasi tertulis untuk menentukan fakta-fakta yang berkaitan dengan audit
yang dilakukan. Contoh penerapannya adalahauditor membaca notulen rapat serta
mengikhtisarkan semua informasi yangberkaitan dengan laporan keuangan dalam
kertas kerja.
f.
Compare
Compare adalah perbandingan informasi
dari dua lokasi yang berbeda.Instruksi harus menyatakan informasi mana yang
akan diperbandingkan dengansebanyak mungkin rincian yang dapat dilakukan dalam
praktek. Contohpenerapannya adalah auditor menyeleksi suatu sampel atas
faktur-faktur penjualandan membandingkan harga pokok penjualan per unit yang
dicantumkan dalam faktur dengan nilai yang tercantum dalam daftar harga
penjualan per unit yang telahdiotorisasi oleh manajemen.
4. Prosedur
Analitis
Prosedur
analitis adalah metode pengumpulan bukti audit yang digunakanauditor dengan
cara melakukan mempelajari data klien, lalu mencari berbagaiperbandingan atas data
klien yang berupa saldo dan rasio klien, kemudian mencarihubungan-hubungan dari
data tersebut. Prosedur analitis menghasilkan buktianalitis. Auditor dapat
menggunakan satu atau lebih dari lima jenis prosedur analitis.Lima jenis
prosedur analitis tersebut yaitu :
·
Membandingkan data klien dengan data
industri.
·
Membandingkan data klien dengan data
periode sama yang sebelumnya.
·
Membandingkan data klien dengan hasil
dugaan yang telah ditentukan kliensebelumnya (anggaran)
·
Membandingkan data klien dengan hasil
dugaan yang telah ditentukanauditor.
·
Membandingkan data klien dengan hasil
dugaan yang menggunakan data nonkeuangan.
Prosedur
analitis biasa digunakan auditor untuk menilai kelayakan data.Selain itu,
prosedur analitis juga dapat digunakan untuk memahami industri danbisnis klien,
menilai kemampuan keberlanjutan bisnis entitas, menunjukkanmunculnya
kemungkinan kesalahan pengujian dalam laporan keuangan, sertamengurangi
pengujian audit rinci.
5. Wawancara
kepada Klien
Wawancara
adalah metode pengumpulan bukti audit yang melibatkan pertanyaan baik lisan
maupun tulisan oleh auditor. Pertanyaan-pertanyaan ini dibuatsecara intern
kepada manajemen atau pegawai klien, seperti pertanyaan tentangpersediaan yang
usang atau kemungkinan dapat ditagihnya piutang. Wawancaradilakukan kepada
manajemen dan pegawai klien karena manajemen danpegawailah yang paling
mengetahui operasi dan pengendalian internal klien.
Informasi
yang diperoleh auditor dari wawancara kepada klien memiliki keandalan yang
terbatas karena informasi ini diperoleh dari pihak internal klien.Walaupun
demikian, informasi ini merupakan titik awal dari pelaksanaan teknik
auditlainnya. Pada umumnya, jawaban atas wawancara diperkuat dengan kinerja
atauteknik lainnya. Akan tetapi, pelaksanaan audit akan lebih efisien jika
auditor mencermati jawaban atas wawancara daripada mencari jawaban secara
independenmelalui suatu pemeriksaan tidak langsung atas bukti terperinci.
Wawancara
kepada klien juga meliputi pengujian pengendalian danpengujian substantif.
Wawancara kepada klien dapat digunakan auditor untukmenguji semua asersi
laporan keuangan. Auditor dapat menggunakan wawancarauntuk mempelajari
kebijakan dan prosedur pengendalian apa saja yang telahditerapkan klien,
prinsip akuntansi apa saja yang telah digunakan klien, danbagaimana
transaksi-transaksi tertentu diproses. Selain itu, wawancara juga
dapatdigunakan untuk memperoleh penjelasan dari manajemen tentang hasil
pengujianaudit tertentu.
6. Hitung
Uji
Hitung uji
adalah metode pengumpulan bukti audit di mana auditor melakukan proses
pengulangan aktivitas klien, kemudian hasil yang diperolehauditor dari
pengulangan aktivitas tersebut dibandingkan dengan hasil yangdiperoleh oleh
klien untuk mendapatkan bukti audit. Hitung uji melibatkan pengujiankembali
atas berbagai perhitungan dan pengujian kembali atas berbagai
transfer informasi. Pengujian kembali atas berbagai perhitungan ini
terdiri dari pengujian ataskeakuratan aritmatis klien. Hal ini mencakup
sejumlah prosedur, seperti pengujianperkalian dalam faktur-faktur penjualan dan
persediaan serta penjumlahan dalam jurnal-jurnal dan catatan-catatan
pendukung. Sedangkan pengujian kembali atasberbagai transfer informasi mencakup
penelusuran nilai-nilai untuk memperolehkeyakinan bahwa pada saat informasi
tersebut dicantumkan pada lebih dari satutempat, informasi tersebut selalu
dicatat dalam nilai yang sama.
Pada hitung
uji, terdapat istilah foot Foot merupakan perhitungan kolom angka-angka
untuk menentukan apakah nilai totalnya sama dengan nilai yangdiperoleh klien.
Contoh penerapannya adalah melakukan footing atas nilai-nilaidalam buku
jurnal penjualan untuk periode selama satu bulan dan membandingkansemua total
nilai yang terdapat dalam buku jurnal penjualan tersebut dengan nilaiyang
terdapat dalam buku besar.
Salah saji
yang ditemukan auditor ketika melakukan hitung uji dapatmen cerminkan
pelanggaran terhadap asersi mengenai keberadaan (existence), kelengkapan
(completeness), atau penyajian dan pengungkapan ( presentation
and disclosure ). Pelanggaran mengenai asersi keberadaan terjadi jika
suatu item telahdihitung lebih dari satu kali. Sedangkan jika auditor menemukan
bahwa beberapaitem telah dihilangkan, maka asersi mengenai kelengkapan telah
dilanggar. Pelanggaran mengenai asersi penyajian dan pengungkapan terjadi jika
ayat jurnaltelah diposting pada akun yang salah.
Contoh dari
penerapan hitung uji adalah auditor memilih beberapa transaksiklien dengan
menggunakan sampling. Proses yang
dialami oleh transaksi-transaksi yang tidak terpilih dianggap sudah dilakukan
klien dengan benar. Kemudian, auditor menjurnal transaksi-transaksi
terpilih tersebut dan mepostingnya ke buku besar pembantu. Lalu jurnal
atas transaksi tersebut diposting ke buku besar. Dari bukubesar, kemudian
transaksi terpilih tersebut diproses di neraca lajur dan dilakukan penyesuaian.
Setelah dilakukan penyesuaian, laporan keuangan versi auditor pundisusun.
Kemudian laporan versi klien dan versi auditor dibandingkan dan dilihatapakah
terdapat perbedaan. Jika terdapat perbedaan, auditor mencari apapenyebab
perbedaan tersebut dan jika perbedaan tersebut karena kesalahan klien,hal itu
dapat digunakan sebagai bukti audit.
7. Observasi
Observasi
adalah penggunaan indera-indera auditor untuk menilai aktivitas-aktivitas fisik
klien. Observasi berhubungan dengan memperhatikan serta menyaksikan pelaksanaan
dari suatu kegiatan dan proses. Contoh dari observasi adalah auditor mengamati
proses perhitungan persediaan klien untuk mengamati ketelitian dan kompetensi
pegawai klien dalam pelaksanaan perhitungan persediaan. Selain itu, beberapa
kebijakan dan prosedur pengendalian interna lhanya dapat diverifikasi dengan
observasi karena pelaksanaan kegiatan ini tidak meninggalkan bukti dokumenter.
Contoh dari hal ini adalah auditor mengobservasi kegiatan peneriman kas klien untuk
melihat apakah pegawai klien melaksanakan tugasnya sesuai dengan kebijakan dan
prosedur yang telah ditetapkan.
Observasi berbeda dengan pengujian fisik. Pengujian
fisik melibatkan penghitungan atas aktiva tertentu, sedangkan observasi
difokuskan pada aktivitas klien untuk mengetahui siapa mereka atau bagaimana
dan kapan mereka melakukannya.
Di antara
ketujuh teknik audit di atas, teknik audit yang memerlukan biaya paling tinggi
adalah pengujian fisik dan konfirmasi. Pengujian fisik mewajib kan auditor
hadir pada saat klien melakukan perhitungan aktivanya, yang seringkali
dilakukan pada tanggal neraca. Apabila klien memiliki beberapa lokasi yang
letak geografisnya terpencar, maka biaya yang harus dikeluarkan untuk melakukan
pengujian fisik menjadi makin besar. Sementara itu, konfirmasi memerlukan biaya
yang besar karena auditor harus melakukan sejumlah prosedur secara hati-hati dalam
rangka mempersiapkan konfirmasi, pengiriman dan penerimaan kembali,serta upaya
untuk menindaklanjuti berbagai konfirmasi yang tidak menerima tanggapan atau
sejumlah pengecualian informasi.
Sedangkan
teknik audit yang memerlukan biaya yang relatif sedikit adalah observasi,
wawancara, dan hitung uji. Observasi umumnya dilakukan oleh auditor dengan
sejumlah prosedur audit yang lainnya. Wawancara juga dapat dilakukanoleh
auditor dengan ekstensif dalam setiap proses audit. Sedangkan untuk hitung uji,
karena hanya melibatkan berbagai perhitungan dan penelusuran sederhana yang
dapat dilakukan setiap saat sesuai dengan keperluan auditor, yang biasanya
dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak komputer yang dimiliki
auditor,maka hitung uji memerlukan biaya yang rendah.
REGULASI AUDIT
Ada beberapa macam jenis regulasi
dalam Audit system informasi atau TI, salah satunya adalah COBIT.
COBIT merupakan sebuah framework,
Framework COBIT (Control Objectives for Information and related Technology)
dikembangkan oleh IT Governance Institute, sebuah organisasi yang melakukan
studi tentang model pengelolaan TI yang berbasis di Amerika Serikat. COBIT
Framework terdiri atas 4 domain utama:
1. Planning & Organization
2. Acquisition
& Implementasion
3. Delivery
& Support
4. Monitoring
COBIT mempertemukan kebutuhan
beragam manajemen dengan menjembatani celah atau gap antara resiko bisnis,
kebutuhan kontrol dan masalah-masalah teknis teknologi informasi. COBIT
menyediakan referensi best business practices yang mencakup keseluruhan proses
bisnis perusahaan dan memaparkannya dalam struktur aktivitas-aktivitas logis
yang dapat dikelola serta dikendalikan secara efektif. COBIT akan menolong
manajemen dalam mengoptimumkan investasi TI nya melalui ukuran-ukuran dan
pengukuran yang akan memberikan sinyal bahaya bila suatu kesalahan atau risiko
akan atau sedang terjadi.
COBIT
merupakan standar yang dinilai paling lengkap dan menyeluruh sebagai framework
IT audit karena dikembangkan secara berkelanjutan oleh lembaga swadaya
profesional auditor yang tersebar di hampir seluruh negara. Dimana di setiap
negara dibangun chapter yang dapat mengelola para profesional tersebut. Target
pengguna dari framework COBIT adalah organisasi/perusahaan dari berbagai latar
belakang dan para profesional external assurance. Secara manajerial target
pengguna COBIT adalah manajer, pengguna dan profesional TI serta
pengawas/pengendali professional.
Control
Objectives for Information and related Technology atau disingkat dengan COBIT
adalah suatu panduan standar praktek manajemen teknologi informasi dan
sekumpulan dokumentasi best practices untuk tata kelola TI yang dapat membantu
auditor, manajemen dan pengguna untuk menjembatani pemisah antara resiko
bisnis, kebutuhan pengendalian, dan permasalahan-permasalahan teknis.
COBIT
mendefinisikan Information Risk Criteria menjadi 7 kriteria informasi yaitu
sebagai berikut.
1.
Effectiveness
Berkaitan dengan
informasi yang relevan dan berkaitan dengan proses bisnis serta yang
disampaikan benar, konsisten dan dapat digunakan tepat waktu.
2.
Efficiency
Menyangkut
penyediaan informasi melalui penggunaan sumber daya yang optimal (paling
produktif dan ekonomis).
3.
Confidentiality
Merupakan
kerahasiaaan perusahaan dalam menjaga keamanan informasi dari ancaman dan
gangguan pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.
4.
Integrity
Berkaitan dengan
keakuratan dan kelengkapan informasi serta validitas sesuai dengan nilai-nilai
bisnis dan harapan.
5. Availability
Berkaitan dengan
informasi yang tersedia ketika diperlukan oleh proses bisnis sekarang dan di
masa depan. Hal ini juga menyangkut pengamanan sumber daya yang diperlukan dan
kemampuan yang terkait. Compliance Merupakan kepatuhan hukum, regulasi dan
kesepakatan kontrak.
6.
Compliance
Kepatuhan hukum,
regulasi dan kesepakatan kontrak.
7.
Reliability
Merupakan
kehandalan informasi yang diperlukan manajemen dalam mendukung kinerja.
COBIT
mendefinisikan sumber daya menjadi 5 yaitu sebagai berikut:
1. People
Keahlian dari setiap staff,
kepedulian dan produktifitas dari rencana, pengaturan, pengadaan, pengiriman,
pendukung dan memonitor sistem informasi.
2. Application
Penjelasan tentang
prosedur-prosedur program.
3. Technologies
Hardware, operating system,
database management system, networking, dan multimedia.
4. Facilities
Fasilitas-fasilitas yang mendukung
sistem informasi.
5. Data
Data eksternal dan internal,
grafik, sound, dll.
Agar
informasi yang tersedia memenuhi tujuan dari organisasi, sumber daya TI
memerlukan pengaturan untuk proses TI menjadi beberapa kelompok proses.
Masing-masing kelompok proses diberi nama domain. Setiap domain terdiri dari
beberapa proses.
STANDARD &
KERJA AUDIT
Standart
auditing merupakan pedoman audit atas laporan keuangan historis. Standar
auditing terdiri atas sepuluh standard yg dirinci dalam bentuk Standar
Perikatan Audit (SPA). SPA berisi ketentuan-ketentuan dan pedoman utama yang
harus diikuti oleh Akuntan Publik dalam melaksanakan penugasan audit. Kepatuhan
terhadap SPA yang diterbitkan oleh IAPI ini bersifat wajib bagi seluruh anggota
IAPI. Termasuk di dalam SPA adalah Interpretasi Standar Perikatan Audit (ISPA),
yang merupakan interpretasi resmi yang dikeluarkan oleh IAPI terhadap
ketentuan-ketentuan yang diterbitkan oleh IAPI dalam SPA. Standar Audit Sistem
Informasi (SASI) IASII diresmikan oleh Rapat Anggota IASII Tahun 2006 pada
tanggal 25 Februari 2006 pukul 11.00 WIB bertempat di Jakarta. Standar ini
mulai berlaku efektif sejak tanggal 01 Januari 2007 dan dapat diterapkan
sebelum tanggal tersebut.
Ada 10 standar yang ditetapkan dan
disahkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI), yang terdiri dari
standar umum, standar pekerjaan lapangan, dan standar pelaporan beserta
interpretasinya.
Standar Umum
1. Audit
harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan
teknis yang cukup sebagai auditor.
2. Dalam
semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental
harus dipertahankan oleh auditor.
3. Dalam
pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan
kemahiran profesionalnya dengan cermat dan saksama.
Standar Pekerjaan Lapangan
1. Pekerjaan
harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi
dengan semestinya.
2. Pemahaman
memadai atas pengendalian intern harus diperoleh unutk merencanakan audit dan
menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan.
3. Bukti
audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan,
permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan
pendapat atas laporan keuangan yang diaudit.
Standar Pelaporan
1. Laporan
auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
2. Laporan
auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada, ketidakkonsistenan
penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan
dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode
sebelumnya.
3. Pengungkapan
informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali dinyatakan
lain dalam laporan auditor.
4. Laporan
auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara
keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan.
Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus
dinyatakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, maka
laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit
yang dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh
auditor.
Kerangka Kerja
Contoh
Audit Dengan Kerangka Kerja IT Assurance Guide penggunaan kerangka kerja IT
Assurance yang digunakan dalam melakukan audit
TI di Universitas XYZ.
MANAJEMEN RISIKO
Manajemen risiko adalah suatu
pendekatan terstruktur/metodologi dalam mengelola ketidakpastian yang berkaitan
dengan ancaman; suatu rangkaian aktivitas manusia termasuk: Penilaian risiko,
pengembangan strategi untuk mengelolanya dan mitigasi risiko dengan menggunakan
pemberdayaan/pengelolaan sumberdaya. Strategi yang dapat diambil antara lain
adalah memindahkan risiko kepada pihak lain, menghindari risiko, mengurangi
efek negatif risiko, dan menampung sebagian atau semua konsekuensi risiko
tertentu. Manajemen risiko tradisional terfokus pada risiko-risiko yang timbul
oleh penyebab fisik atau legal (seperti bencana alam atau kebakaran, kematian,
serta tuntutan hukum. Manajemen risiko keuangan, di sisi lain, terfokus pada
risiko yang dapat dikelola dengan menggunakan instrumen-instrumen keuangan.
Sasaran
dari pelaksanaan manajemen risiko adalah untuk mengurangi risiko yang
berbeda-beda yang berkaitan dengan bidang yang telah dipilih pada tingkat yang
dapat diterima oleh masyarakat. Hal ini dapat berupa berbagai jenis ancaman
yang disebabkan oleh lingkungan, teknologi, manusia, organisasi dan politik. Di
sisi lain pelaksanaan manajemen risiko melibatkan segala cara yang tersedia
bagi manusia, khususnya, bagi entitas manajemen risiko (manusia, staff, dan
organisasi).
Dalam perkembangannya Risiko-risiko
yang dibahas dalam manajemen risiko dapat diklasifikasi menjadi :
·
Risiko Operasional
·
Risiko Hazard
·
Risiko Finansial
·
Risiko Strategik
Empat
Tahap Manajemen Risiko
1. Identifikasi
·
Antisipasi risiko
·
Membuat daftar risiko, pemicunya
dan gejalanya
2.
Analisis
·
Mengevaluasi kemungkinan
dampak yang ditimbulkan
·
Kualitatif vs. Kuantitatif
3.
Merespon Risiko
·
Pengembangan strategi mitigasi
risiko
·
Mengurangi dampak yang
ditimbulkan risikko
·
Mebuat contigency plan /
rencana darurat
4.
Mengendalikan Risiko
·
Memonitor
·
Melakukan updat daftar dan
strategi
·
Menjalankan contingency plan –
Menghadapinya
Tahap‐1 : Identifikasi Risiko
Antisipasi Risiko. Daftar cek risiko saat perencaan awal
(taksonomi risiko) :
·
Apakah solusi yang diusulkan
tepat?
·
Apakah setiap risiko memiliki
komponen teknis?
·
Apakah ekspektasi kinerja
wajar?
·
Apakah terdapat standar
operasi perangkat keras? Apakah memiliki pengalaman terkait hal tersebut?
·
Apakah terdapat standar
operasi pada perangkat lunak? Apakah standar tersebut didokumentasikan? Apakah
memiliki pengalaman terkait hal tersebut?
·
Apakah terdapat standar metode
pengembangan? Apakah standar tersebut didokumentasikan? Apakah memiliki
pengalaman terkait hal tersebut?
·
Apakah setiap komponen yang
tersedia memiliki risko?
·
Apakah kegagalan aplikasi ini
mempengaruhi bisnis pelanggan?
·
Apakah proyek akan
terselesaikan lebih dari 6 bulan? 12 bulan? 24 bulan?
·
Apakah proyek memerlukan lebih
dari 5 orang?
·
Apakah ada ketergantungan
terhadap sumber daya pihak ketiga? Internal? Eksternal?
·
Adakah manajer proyek?
·
Adakah pemimpin
proyek/arsitek?
·
Apakah sumber daya tersedia
saat dibutuhkan?
·
Seberapa kenal kita mengenal
klien? Seperti apakah hubungan kita dengan klien? Apakah apa yang dibutuhkan
klien dapat kita sediakan?
Tahap‐1 : Identifikasi Risiko : INPUT
Tahap 2 : Analisis Risiko
Evaluasi Probabilitas dan Dampak, melalui
3 level : Rendah-Menengah-Tinggi
Tahap 2 : Analisis Risiko (Lanjutan)
Tahap 3 : Respon terhadap Risiko
Strategi
Pengembangan :
Mengurangi
probabilitas dan/atau dampak risiko Mitigasi risiko :
·
Segera mengambil tindakan. Bisa dengan
menghindari risiko (atau dihilangkan) atau pengurangan risiko
·
Contingency Plan / Rencana Darurat
·
Mengambil tindakan ketika risiko sudah
dekat atau akan terjadi
·
Atau Menerima terjadinya risiko , tergantung
dari toleransi risiko.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar