NPM : 1A114341
Kelas : 1KA35
KEBUDAYAAN
SUKU JAWA
1. BUDAYA JAWA
Budaya
Jawa adalah budaya yang berasal dari Jawa dan dianut oleh masyarakat Jawa
khususnya di Jawa Tengah, DIY dan Jawa Timur. Budaya Jawa secara garis besar
dapat dibagi menjadi 3 yaitu budaya Banyumasan, budaya Jawa Tengah-DIY dan
budaya Jawa Timur.
Budaya
Jawa mengutamakan keseimbangan, keselarasan dan keserasian dalam kehidupan
sehari hari. Budaya Jawa menjunjung tinggi kesopanan dan kesederhanaan. Budaya
Jawa selain terdapat di Jawa Tengah, DIY dan Jawa Timur terdapat juga di daerah
perantauan orang Jawa yaitu di Jakarta, Sumatera dan Suriname. Bahkan budaya
Jawa termasuk salah satu budaya di Indonesia yang paling banyak diminati di
luar negeri.
Beberapa
budaya Jawa yang diminati di luar negeri adalah Wayang Kulit, Keris, Batik,
Kebaya dan Gamelan. Di Malaysia dan Filipina dikenal istilah keris karena
pengaruh Majapahit. LSM Kampung Halaman dari Yogyakarta yang menggunakan wayang
remaja adalah LSM Asia pertama yang menerima penghargaan seni dari Amerika
Serikat tahun 2011.
Gamelan
Jawa menjadi pelajaran wajib di AS, Singapura dan Selandia Baru. Gamelan Jawa
rutin digelar di AS dan Eropa atas permintaan warga AS dan Eropa. Sastra Jawa
Negarakretagama menjadi satu satunya karya sastra Indonesia yang diakui UNESCO
sebagai Memori Dunia.
Menurut
Guru Besar Arkeologi Asia Tenggara National University of Singapore John N.
Miksic jangkauan kekuasaan Majapahit meliputi Sumatera dan Singapura bahkan
Thailand yang dibuktikan dengan pengaruh kebudayaan, corak bangunan, candi,
patung dan seni. Bahkan banyak negara di dunia terutama Amerika dan Eropa
menyebut Jawa identik kopi.
Budaya
Jawa termasuk unik karena membagi tingkat bahasa Jawa menjadi beberapa tingkat
yaitu Ngoko, Madya Krama. Ada yang berpendapat budaya Jawa identik feodal dan
sinkretik. Pendapat itu kurang tepat karena budaya feodal ada di semua negara
termasuk Eropa. Budaya Jawa menghargai semua agama dan pluralitas sehingga
dinilai sinkretik oleh budaya tertentu yang hanya mengakui satu agama tertentu
dan sektarian.
2. AGAMA
Budaya
Jawa juga menghasilkan agama sendiri yaitu Kejawen. Kejawen berisikan tentang
seni, budaya, tradisi, ritual, sikap serta filosofi orang-orang Jawa. Kejawen
juga memiliki arti spiritualistis atau spiritualistis suku Jawa.
Tetapi
mayoritas orang Jawa sekarang menganut agama Islam dan sebagian kecil orang
Jawa menganut agama Kristen atau Katolik. Dahulu orang Jawa menganut agama
Hindu, Buddha dan Kejawen. Bahkan orang Jawa ikut menyebarkan agama Hindu dan
Buddha dengan sejumlah kerajaan Hindu-Buddha Jawa yang berperan.
Orang
Jawa juga ikut menyebarkan agama Islam dan Kristen atau Katolik di Indonesia.
Orang Jawa termasuk unik karena menjadi satu satunya suku di Indonesia yang
berperan penting dalam menyebarkan 5 agama besar. Seorang peneliti AS Clifford
Geertz bahkan pernah meneliti orang Jawa dan membagi orang Jawa menjadi 3
golongan besar,
yaitu : Abangan, Priyayi dan Santri.
3. SASTRA
Sejarah
Sastra Jawa dimulai dengan sebuah prasasti yang ditemukan di daerah Sukabumi
(Sukobumi), Pare, Kediri Jawa Timur. Prasasti yang biasa disebut dengan nama
Prasasti Sukabumi ini bertarikh 25 Maret tahun 804 Masehi. Isinya ditulis dalam
bahasa Jawa Kuna. Setelah prasasti Sukabumi, ditemukan prasasti lainnya dari
tahun 856 M yang berisikan sebuah sajak yang disebut kakawin. Kakawin yang
tidak lengkap ini adalah sajak tertua dalam bahasa Jawa (Kuna).
Sejarah sastra Jawa dibagi dalam
empat masa :
a) Sastra Jawa Kuna
Sastra
Jawa Kuno atau seringkali dieja sebagai Sastra Jawa Kuna meliputi sastra yang
ditulis dalam bahasa Jawa Kuna pada periode kurang-lebih ditulis dari abad ke-9
sampai abad ke-14 Masehi, dimulai dengan Prasasti Sukabumi. Karya sastra ini
ditulis baik dalam bentuk prosa (gancaran) maupun puisi (kakawin). Karya-karya
ini mencakup genre seperti sajak wiracarita, undang-undang hukum, kronik
(babad), dan kitab-kitab keagamaan.
Sastra
Jawa Kuno diwariskan dalam bentuk manuskrip dan prasasti. Manuskrip-manuskrip
yang memuat teks Jawa Kuno jumlahnya sampai ribuan sementara prasasti-prasasti
ada puluhan dan bahkan ratusan jumlahnya. Meski di sini harus diberi catatan
bahwa tidak semua prasasti memuat teks kesusastraan.
Karya-karya
sastra Jawa penting yang ditulis pada periode ini termasuk Candakarana, Kakawin
Ramayana dan terjemahan Mahabharata dalam bahasa Jawa Kuno.
Karya
sastra Jawa Kuno sebagian besar terlestarikan di Bali dan ditulis pada
naskah-naskah manuskrip lontar. Walau sebagian besar sastra Jawa Kuno
terlestarikan di Bali, di Jawa dan Madura ada pula sastra Jawa Kuno yang
terlestarikan. Bahkan di Jawa terdapat pula teks-teks Jawa Kuno yang tidak
dikenal di Bali.
Penelitian
ilmiah mengenai sastra Jawa Kuno mulai berkembang pada abad ke-19 awal dan
mulanya dirintis oleh Stamford Raffles, Gubernur-Jenderal dari Britania Raya
yang memerintah di pulau Jawa. Selain sebagai seorang negarawan dia juga
tertarik dengan kebudayaan setempat. Bersama asistennya, Kolonel Colin
Mackenzie dia mengumpulkan dan meneliti naskah-naskah Jawa Kuno.
b) Sastra Jawa Tengahan
Sastra
Jawa Pertengahan muncul di Kerajaan Majapahit, mulai dari abad ke-13 sampai
kira-kira abad ke-16. Setelah ini, sastra Jawa Tengahan diteruskan di Bali
menjadi Sastra Jawa-Bali.
Pada
masa ini muncul karya-karya puisi yang berdasarkan metrum Jawa atau Indonesia
asli. Karya-karya ini disebut kidung.
c) Sastra Jawa Baru
Sastra
Jawa Baru kurang-lebih muncul setelah masuknya agama Islam di pulau Jawa dari
Demak antara abad kelima belas dan keenam belas Masehi.
Dengan masuknya agama Islam, orang
Jawa mendapatkan ilham baru dalam menulis karya sastra mereka. Maka, pada
masa-masa awal, zaman Sastra Jawa Baru, banyak pula digubah karya-karya sastra
mengenai agama Islam. Suluk Malang Sumirang adalah salah satu yang terpenting.
Kemudian
pada masa ini muncul pula karya-karya sastra bersifat ensiklopedis seperti
Serat Jatiswara dan Serat Centhini. Para penulis 'ensiklopedia' ini rupanya
ingin mengumpulkan dan melestarikan semua ilmu yang (masih) ada di pulau Jawa,
sebab karya-karya sastra ini mengandung banyak pengetahuan dari masa yang lebih
lampau, yaitu masa sastra Jawa Kuna.
Gaya
bahasa pada masa-masa awal masih mirip dengan Bahasa Jawa Tengahan. Setelah
tahun 1650, bahasa Jawa gaya Surakarta menjadi semakin dominan. Setelah masa
ini, ada pula renaisans Sastra Jawa Kuna. Kitab-kitab kuna yang bernapaskan
agama Hindu-Buddha mulai dipelajari lagi dan digubah dalam bahasa Jawa Baru.
Sebuah
jenis karya yang khusus adalah babad, yang menceritakan sejarah. Jenis ini juga
didapati pada Sastra Jawa-Bali.
d) Sastra Jawa Modern
Sastra
Jawa Modern muncul setelah pengaruh penjajah Belanda dan semakin terasa di
Pulau Jawa sejak abad kesembilan belas Masehi.
Para
cendekiawan Belanda memberi saran para pujangga Jawa untuk menulis cerita atau
kisah mirip orang Barat dan tidak selalu berdasarkan mitologi, cerita wayang,
dan sebagainya. Maka, lalu muncullah karya sastra seperti di Dunia Barat; esai,
roman, novel, dan sebagainya. Genre yang cukup populer adalah tentang
perjalanan.
Gaya
bahasa pada masa ini masih mirip dengan Bahasa Jawa Baru. Perbedaan utamanya
ialah semakin banyak digunakannya kata-kata Melayu, dan juga kata-kata Belanda.
Pada masa ini (tahun 1839, oleh Taco
Roorda) juga diciptakan huruf cetak berdasarkan aksara Jawa gaya Surakarta
untuk Bahasa Jawa, yang kemudian menjadi standar di pulau Jawa.
Bahasa
Jawa pertama-tama ditulis dalam aksara turunan aksara Pallawa yang berasal dari
India Selatan. Aksara ini yang menjadi cikal bakal aksara Jawa modern atau
Hanacaraka yang masih dipakai sampai sekarang. Dengan berkembangnya agama Islam
pada abad ke-15 dan ke-16, huruf Arab juga dipergunakan untuk menulis bahasa
Jawa, huruf ini disebut dengan nama huruf pegon.
Ketika
bangsa Eropa menjajah Indonesia, termasuk Jawa, abjad Latin pun digunakan untuk
menulis bahasa Jawa. Dongeng Jawa seperti cerita panji ternyata juga dikenal
dan dipentaskan di Thailand dan Filipina. Banyak sastra Jawa yang berada di
Eropa terutama Belanda bahkan ada perguruan tinggi Belanda yang membuka mata
kuliah sastra Jawa seperti Universitas Leiden.
4. BAHASA
Bahasa
Jawa adalah bahasa yang digunakan penduduk suku bangsa Jawa di Jawa
Tengah,Yogyakarta & Jawa Timur. Selain itu, Bahasa Jawa juga digunakan oleh
penduduk yang tinggal beberapa daerah lain seperti di Banten terutama kota
Serang, kabupaten Serang, kota Cilegon dan kabupaten Tangerang, Jawa Barat khususnya
kawasan Pantai utara terbentang dari pesisir utara Karawang, Subang, Indramayu,
kota Cirebon dan kabupaten Cirebon.
Kawasan-kawasan luar Jawa yang
terdapat penutur bahasa Jawa yaitu :
• Lampung (61,9%)
• Jakarta (35%)
• Sumatera Utara (32,6%)
• Kaltim (29,5%)
• Jambi (27,6%)
• Sumatera Selatan (27%)
• Riau 25%
• Aceh (15,87%) yang dikenal sebagai
Aneuk Jawoe.
Penutur
bahasa Jawa juga ditemukan dalam jumlah besar di Suriname, yang mencapai 15%
dari penduduk secara keseluruhan, kemudian di Kaledonia Baru bahkan sampai
kawasan Aruba dan Curacao serta Belanda. Sebagian kecil bahkan menyebar ke
wilayah Guyana Perancis dan Venezuela. Pengiriman tenaga kerja ke Korea, Hong
Kong, serta beberapa negara Timur Tengah juga memperluas wilayah sebar pengguna
bahasa ini meskipun belum bisa dipastikan kelestariannya.
5. KERAJAAN
Banyaknya
kerajaan yang pernah berdiri di Jawa juga menyumbang ragam kebudayaan di Jawa.
Kerajaan Jawa yang banyak mengusai daerah lain termasuk Malaysia dan Filipina
ikut menyumbang tersebarnya budaya keris di seluruh Indonesia dan Asia.
Kerajaan yang pernah berdiri di Jawa
diantaranya :
a) Kerajaan Hindu/Buddha
• Kerajaan Kalingga
Kalingga atau Ho-ling (sebutan dari
sumber Tiongkok) adalah sebuah kerajaan bercorak Hindu yang muncul di Jawa
Tengah sekitar abad ke-6 masehi. Letak pusat kerajaan ini belumlah jelas,
kemungkinan berada di suatu tempat antara Kabupaten Pekalongan dan Kabupaten
Jepara sekarang. Sumber sejarah kerajaan ini masih belum jelas dan kabur,
kebanyakan diperoleh dari sumber catatan China, tradisi kisah setempat, dan
naskah Carita Parahyangan yang disusun berabad-abad kemudian pada abad ke-16
menyinggung secara singkat mengenai Ratu Shima dan kaitannya dengan Kerajaan
Galuh. Kalingga telah ada pada abad ke-6 Masehi dan keberadaannya diketahui
dari sumber-sumber Tiongkok. Kerajaan ini pernah diperintah oleh Ratu Shima, yang
dikenal memiliki peraturan barang siapa yang mencuri, akan dipotong tangannya.
Pengaruh
kerajaan kalingga sampai daerah selatan Jawa Tengah, terbukti diketemukannya
prasasti Upit/Yupit yang diperkirakan pada abad 6-7 M. Disebutkan dalam
prasasti tersebut pada wilayah Upit merupakan daerah perdikan yang
dianugerahkan oleh Ratu Shima. Daerah perdikan Upit sekarang menjadi Ngupit.
Kampung Ngupit adalah kampung yang berada di Desa Kahuman/Desa Ngawen,
Kecamatan Ngawen, Kabupaten Klaten. Prasasti Upit/Yupit sekarang disimpan di
kantor purbakala Jateng di Prambanan.
• Kerajaan Kanjuruhan
Kanjuruhan
adalah sebuah kerajaan bercorak Hindu di Jawa Timur, yang pusatnya berada di
dekat Kota Malang sekarang. Kanjuruhan diduga telah berdiri pada abad ke-6
Masehi (masih sezaman dengan Kerajaan Taruma di sekitar Bekasi dan Bogor
sekarang). Bukti tertulis mengenai kerajaan ini adalah Prasasti Dinoyo. Rajanya
yang terkenal adalah Gajayana. Peninggalan lainnya adalah Candi Badut dan Candi
Wurung.
• Kerajaan Mataram Hindu
Kerajaan
Medang (atau sering juga disebut Kerajaan Mataram Kuno atau Kerajaan Mataram
Hindu) adalah nama sebuah kerajaan yang berdiri di Jawa Tengah pada abad ke-8,
kemudian berpindah ke Jawa Timur pada abad ke-10. Para raja kerajaan ini banyak
meninggalkan bukti sejarah berupa prasasti-prasasti yang tersebar di Jawa
Tengah dan Jawa Timur, serta membangun banyak candi baik yang bercorak Hindu
maupun Buddha. Kerajaan Medang akhirnya runtuh pada awal abad ke-11.
• Kerajaan Kahuripan
Kahuripan
adalah nama yang lazim dipakai untuk sebuah kerajaan di Jawa Timur yang
didirikan oleh Airlangga pada tahun 1009. Kerajaan ini dibangun sebagai
kelanjutan Kerajaan Medang yang runtuh tahun 1006.
• Kerajaan Janggala
Janggala
adalah salah satu dari dua pecahan kerajaan yang dipimpin oleh Airlangga dari
Wangsa Isyana. Kerajaan ini berdiri tahun 1042, dan berakhir sekitar tahun
1130-an. Lokasi pusat kerajaan ini sekarang diperkirakan berada di wilayah
Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur.
• Kerajaan Kadiri (1042 - 1222)
Kerajaan
Kadiri atau Kediri atau Panjalu, adalah sebuah kerajaan yang terdapat di Jawa
Timur antara tahun 1042-1222. Kerajaan ini berpusat di kota Daha, yang terletak
di sekitar Kota Kediri sekarang.
• Kerajaan Singasari
(1222-1292)
Kerajaan
Singhasari atau sering pula ditulis Singasari atau Singosari, adalah sebuah
kerajaan di Jawa Timur yang didirikan oleh Ken Arok pada tahun 1222. Lokasi
kerajaan ini sekarang diperkirakan berada di daerah Singosari, Malang.
• Kerajaan Majapahit
(1292-1527)
Majapahit
adalah sebuah kerajaan yang berpusat di Jawa Timur, Indonesia, yang pernah
berdiri dari sekitar tahun 1293 hingga 1500 M. Kerajaan ini mencapai puncak
kejayaannya menjadi kemaharajaan raya yang menguasai wilayah yang luas di
Nusantara pada masa kekuasaan Hayam Wuruk, yang berkuasa dari tahun 1350 hingga
1389.
Kerajaan
Majapahit adalah kerajaan Hindu-Buddha terakhir yang menguasai Nusantara dan
dianggap sebagai salah satu dari negara terbesar dalam sejarah Indonesia.
Menurut Negarakertagama, kekuasaannya terbentang di Jawa, Sumatra, Semenanjung
Malaya, Kalimantan, hingga Indonesia timur, meskipun wilayah kekuasaannya masih
diperdebatkan.
b) Kerajaan Islam
• Kesultanan Demak (1475–1548)
Kesultanan
Demak atau Kerajaan Demak adalah kerajaan Islam pertama dan terbesar di pantai
utara Jawa ("Pasisir"). Menurut tradisi Jawa, Demak sebelumnya
merupakan kadipaten dari kerajaan Majapahit, kemudian muncul sebagai kekuatan
baru mewarisi legitimasi dari kebesaran Majapahit.
Kerajaan
ini tercatat menjadi pelopor penyebaran agama Islam di pulau Jawa dan Indonesia
pada umumnya. Walau tidak berumur panjang dan segera mengalami kemunduran
karena terjadi perebutan kekuasaan di antara kerabat kerajaan. Pada tahun 1568,
kekuasaan Demak beralih ke Kerajaan Pajang yang didirikan oleh Jaka Tingkir.
Salah satu peninggalan bersejarah Kerajaan Demak ialah Mesjid Agung Demak, yang
menurut tradisi didirikan oleh Walisongo.
Lokasi
keraton Demak, yang pada masa itu berada di tepi laut, berada di kampung
Bintara (dibaca "Bintoro" dalam bahasa Jawa), saat ini telah menjadi
kota Demak di Jawa Tengah. Sebutan kerajaan pada periode ketika beribukota di
sana dikenal sebagai Demak Bintara. Pada masa raja ke-4 ibukota dipindahkan ke
Prawata (dibaca "Prawoto") dan untuk periode ini kerajaan disebut
Demak Prawata.
• Kesultanan Mataram (1588—1681
Kesultanan
Mataram adalah kerajaan Islam di Pulau Jawa yang pernah berdiri pada abad
ke-17. Kerajaan ini dipimpin suatu dinasti keturunan Ki Ageng Sela dan Ki Ageng
Pemanahan, yang mengklaim sebagai suatu cabang ningrat keturunan penguasa
Majapahit. Asal-usulnya adalah suatu Kadipaten di bawah Kesultanan Pajang,
berpusat di "Bumi Mentaok" yang diberikan kepada Ki Ageng Pemanahan
sebagai hadiah atas jasanya. Raja berdaulat pertama adalah Sutawijaya (Panembahan
Senapati), putra dari Ki Ageng Pemanahan.
Kerajaan
Mataram pada masa keemasannya pernah menyatukan tanah Jawa dan sekitarnya,
termasuk Madura. Negeri ini pernah memerangi VOC di Batavia untuk mencegah
semakin berkuasanya firma dagang itu, namun ironisnya malah harus menerima
bantuan VOC pada masa-masa akhir menjelang keruntuhannya.
Mataram
merupakan kerajaan berbasis agraris/pertanian dan relatif lemah secara maritim.
Ia meninggalkan beberapa jejak sejarah yang dapat dilihat hingga kini, seperti
kampung Matraman di Batavia/Jakarta, sistem persawahan di Pantura Jawa Barat,
penggunaan hanacaraka dalam literatur bahasa Sunda, politik feodal di Pasundan,
serta beberapa batas administrasi wilayah yang masih berlaku hingga sekarang.
c) Kerajaan Jawa Modern
• Kasunanan Surakarta
Kasunanan
Surakarta adalah sebuah kerajaan di Jawa Tengah yang berdiri tahun 1755 sebagai
hasil dari perjanjian Giyanti 13 Februari 1755. Perjanjian antara VOC dengan
pihak-pihak yang bersengketa di Kesultanan Mataram, yaitu Sunan Pakubuwana III
dan Pangeran Mangkubumi, menyepakati bahwa Kesultanan Mataram dibagi dalam dua
wilayah kekuasaan yaitu Surakarta dan Yogyakarta.
Kasunanan
Surakarta umumnya tidak dianggap sebagai pengganti Kesultanan Mataram,
melainkan sebuah kerajaan tersendiri, walaupun rajanya masih keturunan raja
Mataram. Setiap raja Kasunanan Surakarta yang bergelar Sunan (demikian pula
raja Kasultanan Yogyakarta yang bergelar Sultan) selalu menanda-tangani kontrak
politik dengan VOC atau Pemerintah Hindia Belanda.
• Kasultanan Yogyakarta
Kesultanan
Ngayogyakarta Hadiningrat adalah negara dependen yang berbentuk kerajaan.
Kedaulatan dan kekuasaan pemerintahan negara diatur dan dilaksanakan menurut
perjanjian/kontrak politik yang dibuat oleh negara induk Kerajaan Belanda
bersama-sama negara dependen Kesultanan Ngayogyakarta. Kontrak politik terakhir
antara negara induk dengan kesultanan adalah Perjanjian Politik 1940
Wikisource-logo.svg (Staatsblad 1941, No. 47). Sebagai konsekuensi dari bentuk
negara kesatuan yang dipilih oleh Republik Indonesia sebagai negara induk, maka
pada tahun 1950 status negara dependen Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat
(bersama-sama dengan Kadipaten Pakualaman) diturunkan menjadi daerah istimewa
setingkat provinsi dengan nama Daerah Istimewa Yogyakarta.
• Kadipaten Paku Alaman
Kadipaten
Pakualaman atau Nagari Pakualaman adalah negara dependen yang berbentuk
kerajaan. Kedaulatan dan kekuasaan pemerintahan negara diatur dan dilaksanakan
menurut perjanjian/kontrak politik yang dibuat oleh negara induk bersama-sama
negara dependen. Sebagai konsekuensi dari bentuk negara kesatuan yang dipilih
oleh Republik Indonesia sebagai negara induk, maka pada tahun 1950 status
negara dependen Kadipaten Pakualaman (bersama-sama dengan Kesultanan
Ngayogyakarta Hadiningrat) diturunkan menjadi daerah istimewa setingkat
provinsi dengan nama Daerah Istimewa Yogyakarta.
• Praja Mangkunagaran
Kadipaten
Mangkunegaran atau sering disebut Praja Mangkunegaran adalah sebuah kerajaan
otonom yang pernah berkuasa di wilayah Surakarta sejak 1757 sampai dengan 1946.
Penguasanya adalah cabang junior dari Dinasti Mataram, disebut Wangsa
Mangkunegaran, yang dimulai dari Mangkunegara I (Raden Mas Said). Meskipun
berstatus otonom yang sama dengan tiga kerajaan pecahan Mataram lainnya,
penguasa Mangkunegaran tidak memiliki otoritas yang sama tinggi dengan
Kasultanan Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta. Penguasanya tidak berhak
menyandang gelar "Sunan" ataupun "Sultan" tetapi
"Pangeran Adipati Arya".
6. TEKNOLOGI
Beberapa teknologi dalam budaya jawa
adalah :
a) Arsitektur
Arsitektur
Jawa adalah bentuk bangunan khas yang dirancang oleh orang Jawa untuk berbagai
fungsi. Diantaranya adalah rumah Jawa atau Joglo yang sangat unik bentuknya.
Bentuk bangunan Jawa sangat dipengaruhi oleh agama Hindu, Buddha dan Islam.
Arsitektur Jawa juga mengadaptasi bentuk bangunan Tionghoa, Belanda dan Arab.
Sejak dahulu orang Jawa sudah pandai dalam membuat arsitektur hal ini terbukti
dengan ditemukannya sejumlah candi monumental di Jawa seperti Candi Borobudur
dan Candi Prambanan. Bahkan Jateng-DIY dan Jatim tercatat sebagai wilayah di
Indonesia yang terbanyak memiliki candi dengan lebih dari 50 buah candi. Di
Jawa juga banyak terdapat masjid yang merupakan akulturasi budaya Hindu dan
Islam seperti Masjid Agung Demak.
b) Terakota Majapahit
Terakota
Majapahit adalah kerajinan tanah liat era Majapahit. Seni Terakota adalah satu
karakter budaya pada masa Majapahit yang cukup terkenal dan banyak ditemukan.
Hasil seni ini berupa arca, bak air, jambangan, vas bunga, hiasan atap rumah,
genteng, dinding sumur (jobong), kendi, atau celengan. Pada era Majapahit
pengetahuan tentang pembuatan barang-barang dari tanah liat bakar dengan
prinsip yaitu membuat bentuk atau model dari tanah liat, mengeringkan di bawah
sinar matahari, dan membakarnya dalam api.
c) Kapal Jung
Hasil
budaya teknologi Jawa lainnya adalah Kapal Jung yaitu sebuah kapal layar
tradisional yang digunakan oleh orang Jawa pada zaman kerajaan dahulu. Dalam
relief candi Borobudur terdapat penggambaran kapal Jung. Lambung kapal Jung
dibentuk dengan menyambungkan papan-papan pada lunas kapal. Kemudian
disambungkan pada pasak kayu tanpa menggunakan kerangka, baut, atau paku besi.
Ujung haluan dan buritan kapal berbentuk lancip. Kapal ini dilengkapi dengan
dua batang kemudi menyerupai dayung, serta layar berbentuk segi empat. Kapal
Jung yang disebut sebagai kapal Borobudur ini telah memainkan peran besar dalam
segenap urusan orang Jawa di bidang pelayaran, selama beratus ratus tahun
sebelum abad ke-13. Memasuki awal abad ke-8, peran kapal Borobudur digeser oleh
kapal kapal Jawa yang berukuran lebih besar, dengan tiga atau empat layar
sebagai Jung. Pelaut Portugis menyebut juncos, pelaut Italia menyebut zonchi.
Istilah jung dipakai pertama kali dalam catatan perjalanan Rahib Odrico, Jonhan
de Marignolli, dan Ibn Battuta yang berlayar ke Nusantara, awal abad ke-14
mereka memuji kehebatan kapal Jawa berukuran raksasa sebagai penguasa laut Asia
Tenggara. Teknologi pembuatan Jung tak jauh berbeda dengan pengerjaan kapal
Borobudur, seluruh badan kapal dibangun tanpa menggunakan paku.
d) Pendidikan
Pendidikan
menempati arti sangat penting bagi orang Jawa. Bahkan bapak pendidikan
Indonesia yaitu Ki Hadjar Dewantara adalah orang Jawa dan dia adalah pelopor
pendidikan Indonesia. School tot Opleiding van Indische Artsen atau STOVIA
sekolah kedokteran pertama di Indonesia adalah pendidikan modern pertama bagi
orang Indonesia termasuk orang Jawa. Di masa modern pendidikan tetap menempati
peran penting bagi orang Jawa. Bahkan dalam Peringkat universitas di Indonesia
menurut Webometrics tercatat 30 perguruan tinggi dari Jateng-DIY dan Jatim
termasuk 50 perguruan tinggi terbaik di Indonesia. Bahkan dalam Olimpiade Sains
Nasional yang merupakan kompetisi bidang sains bagi para siswa pada jenjang SD,
SMP, dan SMA di Indonesia tercatat dimenangkan oleh hanya 2 provinsi yaitu DKI
Jakarta 4 kali pada tahun 2004, 2005, 2009, 2010 dan Jawa Tengah 8 kali pada
tahun 2002, 2003, 2006, 2007, 2008, 2011, 2012, 2013.
7. KALENDER
Kalender
Jawa adalah sebuah kalender yang merupakan perpaduan antara budaya Islam,
budaya Hindu-Buddha Jawa dan budaya Eropa. Dalam sistem kalender Jawa, siklus
hari yang dipakai ada dua :
• siklus mingguan yang terdiri dari
7 hari seperti yang kita kenal sekarang
• siklus pekan pancawara yang
terdiri dari 5 hari pasaran.
Pada
tahun 1625 Masehi, Sultan Agung yang berusaha keras menyebarkan agama Islam di
pulau Jawa dalam kerangka negara Mataram mengeluarkan dekrit untuk mengubah
penanggalan Saka. Sejak saat itu kalender Jawa versi Mataram menggunakan sistem
kalender kamariah atau lunar, namun tidak menggunakan angka dari tahun Hijriyah
(saat itu tahun 1035 H). Angka tahun Saka tetap dipakai dan diteruskan. Hal ini
dilakukan demi asas kesinambungan. Sehingga tahun saat itu yang adalah tahun
1547 Saka, diteruskan menjadi tahun 1547 Jawa. Dekrit Sultan Agung berlaku di
seluruh wilayah kerajaan Mataram II yaitu seluruh pulau Jawa dan Madura kecuali
Banten, Batavia dan Banyuwangi (Blambangan).
8. KESENIAN
Seni
Tradisional Jawa adalah karya seni yang diciptakan dan berasal dari Pulau Jawa,
Indonesia. Beberapa contoh dari seni tradisional jawa antara lain :
a) Seni Tari
• Tari Angguk dari Yogyakarta
• Tari Bambangan Cakil dari
Jawa Tengah
• Tari Ebeg dari Banyumas
• Tari Emprak dari Jawa Tengah
• Tari Gandrung dari Banyuwangi
• Tari Golek Menak dari
Yogyakarta
• Tari Kridhajati dari Jepara
• Tari Kuda Lumping dari Jawa
Tengah
• Tari Reog dari Jawa Timur
• Tari Remo dari Jawa Timur
• Tari Sintren dari Jawa Tengah
Kesenian
tradisional dari Jawa ada berbagai macam, tetapi secara umum dalam satu akar
budaya kesenian Jawa ada 3 kelompok besar yaitu Banyumasan (Ebeg), Jawa Tengah
dan Jawa Timur (Ludruk dan Reog).
b) Seni Musik
Langgam
Jawa merupakan bentuk adaptasi musik keroncong ke dalam musik tradisional Jawa,
khususnya gamelan. Tokoh-tokoh musik ini di antaranya Andjar Any, Gesang, Ki
Narto Sabdo dan Waljinah.
c) Seni Bela diri
Ada
perguruan silat bernama Kali Majapahit yang berasal dari Filipina dengan
anggotanya dari Asia dan Amerika. Silat Kali Majapahit ini mengklaim berakar
dari Kerajaan Majapahit kuno yang disebut menguasai Filipina, Singapura,
Malaysia dan Thailand. Silat Jawa lainnya adalah Perisai Diri yang didirikan
oleh almarhum RM Soebandiman Dirdjoatmodjo, putra bangsawan Keraton Paku Alam.
Teknik silat Perisai Diri mengandung unsur 156 aliran silat dari berbagai
daerah di Indonesia ditambah dengan aliran Shaolin (Siauw Liem) dari negeri
Tiongkok. SilatPersaudaraan Setia hati terataiyang di dirikan oleh Ki Hajar Harjo
Utomo dan berawal dibentuk oleh Ki Ngabehi Surodiwirjo persaudaraan yang
anggota keluarganya disebut “Sedulur Tunggal Ketjer”, sedangkan permainan
pencak silatnya dahulu disebut “Djojo Gendilo”, Merpati Putih dan silat Tapak
Suci Putera Muhammadiyah juga diciptakan oleh orang Jawa. Keempat seni silat
ini sudah tersebar ke Amerika dan Eropa.
9. KULINER
Budaya
petani di Jawa Tengah dan Jawa Timur dikenal sebagai produsen beras terbesar di
Indonesia. Jawa Timur dan Jawa Tengah penyumbang beras terbesar di Indonesia
yaitu Jawa Timur 31,27%, Jawa Tengah 23,79%, Jawa Barat 15,19%, Sulawesi
Selatan 10,10% dan Nusa Tenggara Barat 4,6%. Produksi Bawang merah Jawa
mencapai 68% produksi nasional Indonesia. Selain sebagai produsen beras dan
bawang terbesar Jateng dan Jatim juga menghasilkan aneka ragam masakan. Masakan
Jawa adalah masakan khas yang berasal dari pulau Jawa, kecuali Jawa Barat yang
mempunyai kekhasan khusus sebagai Masakan Sunda. Masakan Jawa tersedia di
Warung Tegal. Masakan Jawa tempe menjadi masakan internasional dan menjadi satu
satunya masakan Indonesia yang tidak terpengaruh oleh masakan Tionghoa, masakan
India, atau masakan Arab.
Kuliner khas jawa adalah :
• Gudeg • Lumpia • Bakpia
• Nopia • Opor Ayam • Soto Bangkong
• Soto Sokaraja • Soto Jepara • Soto Kudus
• Soto Kediri • Soto Lamongan • Soto Ayam Ambengan
• Wedang jahe • Tengkleng •
Tongseng
• Nasi Pecel • Nasi Liwet • Nasi krawu
• Nasi Kucing • Nasi Langgi • Nasi lengko
• Nasi Bogana • Nasi Megono • Nasi Gandul
• Nasi Grombyang • Nasi pindang • Sayur
Lodeh
• Tumpeng • Mie Rebus • Mie ongklok
• Mie kopyok • Horok-Horok • Garang Asem
• Sate Ambal • Sate tegal • Sate Ponorogo
• Bandeng presto • Lentog • Jenang Kudus
• Getuk trio • Getuk goring • Getuk pisang
• dawet ayu • Dawet Ireng • timlo Solo
• Krecek • teh poci • Tahu gimbal
• Tahu campur • Tahu Tek •
Tahu campur lamongan
• Tempe Penyet • Mendoan • Pindang Serani
• Pecak lele • Mangut lele • Urap
• Rawon • Pecel • Rujak cingur
• Rujak Soto • Rujak Petis • Rambak petis
• Onde-onde • Lontong Balap • Kupang Lontong
• Bothok • Gado Gado • Wingko babat
Kesimpulan
Dari
kebudayaan jawa yang telah ada di Indonesia ini sangat banyak bahkan beraneka
ragam sekali budaya yang ada di kebudayaan jawa. Dari jawa barat, jawa tengah
dan jawa timur. Budaya jawa sendiri
secara garis besar dapat dibagi menjadi 3 yaitu budaya Banyumasan, budaya Jawa Tengah-DIY
dan budaya Jawa Timur.
Beberapa
budaya Jawa yang diminati di luar negeri adalah Wayang Kulit, Keris, Batik,
Kebaya dan Gamelan. Budaya Jawa termasuk unik karena membagi tingkat bahasa
Jawa menjadi beberapa tingkat yaitu Ngoko, Madya Krama. Ada yang berpendapat
budaya Jawa identik feodal dan sinkretik.
Budaya
Jawa juga menghasilkan agama sendiri yaitu Kejawen. Kejawen berisikan tentang
seni, budaya, tradisi, ritual, sikap serta filosofi orang-orang Jawa. Kejawen
juga memiliki arti spiritualistis atau spiritualistis suku Jawa.
Orang
Jawa termasuk unik karena menjadi satu satunya suku di Indonesia yang berperan
penting dalam menyebarkan 5 agama besar. orang Jawa dan membagi orang Jawa
menjadi 3 golongan besar, yaitu : Abangan, Priyayi dan Santri.
Sejarah sastra Jawa dibagi dalam
empat masa :
a) Sastra Jawa Kuna
b) Sastra Jawa Tengahan
c) Sastra Jawa Baru
d) Sastra Jawa Modern
Banyaknya
kerajaan yang pernah berdiri di Jawa juga menyumbang ragam kebudayaan di Jawa.
Kerajaan Jawa yang banyak mengusai daerah lain termasuk Malaysia dan Filipina
ikut menyumbang tersebarnya budaya keris di seluruh Indonesia dan Asia.
Kesenian dan kuliner jawa juga
beraneka ragam dan menggukan bahan-bahan yang sederhana. Simple murah dan rasa
nya juga tidak kalah enak dengan makanan yang lain yang ada di luar negeri.
Yang terpenting banyak menggunakan rempah-rempah yang ada di indonesia.
SARAN
Mari kita jaga dan kita lestarikan
lagi budaya yang ada di indonesia kita ini. Dari budaya jawa ini banyak sekali
yang bisa mencapai luar negeri. Kita bisa bayangkan jika kebudayaan jawa ini
bisa terkenal di dunia. Yang pasti nya akan sangat bagus dan Indonesia akan di
kenal Negara yang benar-benar memiliki budaya yang beraneka ragam dan indah-indah.
Jangan sampai di akui Negara lagi. Cintai produk dalam negeri dan lestariakan
tingkat kan lagi budaya jawa yang indah dan beranekaragam ini.
SUMBER
http://satrioyudho.blogspot.com/2015/03/tugas-softskill-ilmu-budaya-dasar_18.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar